Pemeliharaan lnduk Lele


Pemeliharaan calon induk sangat perlu diperhatikan karena hanya dari induk yang baik dapat diperoleh benih yang baik kuaritas maupun kuantitasnya. Manajemen (pemeliharaan dan perawatan) induk dan calon induk lele haruslah ditujukan agar induk-induk lele itu selalu dalam keadaan sehat, pertumbuhannya cepat, dan daya vitalitasnya tinggi sehingga dapat menghasilkan jumlah telur yang banyak dan keturunan yang sehat. Untuk tujuan tersebut, air kolam diatur agar sering berganti, walaupun air pemasukan tidak terlalu deras. 

Debit air 5-6 liter per menit untuk kolam seluas 100 m2 sudah memadai untuk menyegarkan lingkungan hidup leleSelain itu, induk lele juga diberi pakan yang bermutu baikdan daram jumlah yang cukup. Karena induk lele memerlukan pakan berkadar protein tinggi untuk pembentukan telurnya maka pakan alami saja diperkirakan tidak cukup dan harus diberi pakan tambahan yang kaya protein hewani. Ada pakan buatan pabrik berupa pelet yang khusus untuk induk. Pakan ini mengandung kadar protein 400/o dilengkapidengan asam lemak esensial (asal dari minyak ikan) dan vitamin-vitamin yang menyuburkan perkembangan telurnya, yaknivitamin E, D, B kompleks, dan C. Pelet untuk induk harganya memang mahal sehingga pemberiannya cukup sebagai pelengkap saja, yaitu seminggu sekali sebanyak 5olo dari berat seluruh ikan yang dipelihara itu. Sementara dalam kesehariannya, induk diberi pakan tambahan berupa cacahan siput air (siput murbei, siput sawah), keong racun (bekicot), ataupun sisa-sisa hewan ternak yang dipotong, misalnya bagian usus hewan potong yang biasanya dibuang saja. Bahkan, bangkai ayam pun dapat diberikan kepada lele. 

Calon induk dan induk lele yang diberi pakan berkualitas baik menunjukkan peningkatan berat badan (gemuk), pertumbuhannya relatif seragam, kemampuan memijah (bertelur) lebih sering, jumlah telur banya(
dan daya tetas telur tinggi. Sepasang induk lele yang diberi pakan berkualitas baik dapat memijah hanya dalam selang waktu 3-4 minggu. Lele mulai dapat bertelur setelah berat badannya mencapai 200 g. Jumlah telur yang dihasilkan oleh lele lokal dengan berat tersebut sekitar 3.000-4.000 butir. Semakin berat bobot induk lele maka semakin banyak telur yang dihasilkan. Namun, tidak diperoleh data mengenai umur maksimum lele dapat bertelur dan berat badan maksimum yang dapat dicapai.

Pembenihan Lele Lokal


Secara alamiah, lele lokal berkembang biak dengan meletakkan telurnya di dalam sarang berupa lubang yang
dibuat oleh lele itu sendiri pada dinding pematang sawah, baglan tepi sungai, atau rawa-rawa. Kerap kali sarang lele ditemukan di bawah rumpun tumbuh- tumbuhan air yang tenang dan terlindung. Cara alamiah itu ditiru oleh petani dengan menciptakan kondisi lingkungan yang cocok sebagai tempat memijah/bertelur lele.


Petani menyediakan tempat bersarang lele di dalam kolam pemeliharaan induk lele. Tempat bersarang itu berupa kotak-kotak kayu atau pipa-pipa bambu, paralon atau pipa (buis) dari tanah liat atau semen yang ditenggelamkan ke dasar kolam agar induk lele memijah didalam rongga pipa-pipa atau tabung itu. Dengan akal lebih lanjut, petani mengatur bentuk dan letak kotak-kotak tempat bersarang lele sedemikian rupa agar proses pemijahan mudah dikontrol dan pemungutan hasil benihnya menjadi mudah.

Pembuahan telur melalui pengurutan (stripping)


Alternatif lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikkan dan induk siap memijah, di saat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan dalam suatu wadah agar terjadi pembuahan (fertilisasi) telur- telur tersebut secara buatan di dalam baskom. Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya lebih banyak karena segalanya lebih terkontrol. Namun, proses ini memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik. 

Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain sepefti berikut;

  • Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah).
  • Jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.
  • Dapat dilakukan pengaturan waktu, misalnya waktu pengurutan,waktu mendapatkan burayak, dan pengaturan waktu lainnya. 

Telur dalam wadah yang telah dibuahi lalu ditetaskan di dalam hapa dengan dialiriair bersih terus-menerus sampai 2 minggu lamanya dengan diberi pakan zooplankton dan serbuk pakan yang mencukupi.

Cara mengeluarkan telur

Setelah disuntik dengan hormon Ovaprim atau hormon dari hipofisa, induk jantan maupun induk betina dipisahkan, masing-masing diletakkan didalam hapa yang telah dipasang di kolam yang airnya jernih dan tenang. Sekitar sepuluh jam setelah disuntik diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk lele tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya adalah sebagai berikut.

  • lnduk lele ditangkap menggunakan serok. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit ke arah dubur.
  • Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina
  • itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dadanya ke arah dubur. Telur yang keluar ditampung dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.
  • Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk lele tersebut dikembalikan ke dalam hapa penampungan lagi. Selanjutnya, perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit, barang kalitelur sudah siap dikeluarkan. 
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai berikut.
  • Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu diurut. 
  • Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan.
  •  Apabila telur masih sulit keluar waktu diurut maka pengurutan harus dihentikan. lnduk tersebut dikembalikan ke dalam hapa untuk ditunggu 3-5 jam kemudian, dicoba lagi pengurutan. Biasanya telur akan berhasil keluar dengan lancar.
  • Apabila saat diurut telur keluar bercampurdarah, sebaiknya pengurutan dihentikan saja. lnduk lele tersebut dipelihara l6bih lanjut di dalam kolam.
  • Sementara pengurutan induk betina dilakukan untuk mengeluarkan telur, orang (teknisi) lainnya menyiapkan induk jantan untuk diambil spermanya.

Cara mengeluarkan sperma

Sperma lele dumbo tidak dapat dikeluarkan dengan cara pengurutan, melainkan harus dibedah. Jadi induk jantan harus dimatikan. Berikut ini adalah cara mengeluarkan sperma.
  • lnduk jantan dibelah perutnya lalu seluruh kantung sperma diambil. 
  • Kantung sperma dipotong dengan gunting yang bersih, kemudian dicampur dengan 100-200 ml larutan garam fisiologis (larutan NaCl 770). Katung sperma tersebut dijepit dengan pinset (atau dengan jari tangan yang bersih), lalu diremas-remas agar sel-sel sperma keluar ke dalam larutan NaCl tersebut. Tidak ada ketentuan khusus tentang banyaknya larutan garam fisiologis yang digunakan untuk mencampur sperma. Namun, umumnya setengah gelas (100 ml) cukup untuk kantung sperma dari seekor lele jantan. Hal yang perlu diketahui bahwa manfaat larutan garam 7o/o adalah 1) untuk mengencerkan sperma agar telur yang akan terbuahi semakin banyak dan 2) untuk memperpanjang umur sperma setelah keluar dari kantung sperma. Jika di dalam air tanpa garam NaCl, sperma lele hanya tahan hidup sekitar 3 menit, sedangkan di dalam larutan garam tersebut, dapat hidup sampai60 menit.

Cara melakukan pembuahan

Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan. Caranya sebagai berikut.
  • Telur ditampung dalam baskom. Sperma di dalam cawan tadi dituangkan ke dalam telur lalu diaduk menggunakan bulu ayam yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan sebelumnya
  • Campuran telur dan sperma tersebut diaduk selama 2-3 detik lalu dituangi air bersih (air sumur atau air dari mata air) sebanyak 1-2 liter, Penuangan air ini dilakukan secara perlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut pengalaman, saat ini semua telur telah terbuahioleh sperma. 
  • Telur dicuci atau dibilas dengan air bersih lebih banyak lagi agar sperma yang tersisa dapat terbuang karena sperma adalah protein yang mudah membusuk yang dapat berakibat buruk bagi telur.
  • Selanjutnya, telur yang telah terbuahi itu ditebarkan dalam suatu tempat penetasan yang berbentuk nampan dari kain kelambu atau kain jaring yang diapungkan di dalam bak berisi air bersih dengan aliran air jernih perlahan-lahan.
  • Telur akan menetas dalam waktu 36-40 jam pada suhu air 26-28'C. Telur yang tidak terbuahi atau mati akan menjadi berwarna putih dan akhirnya ditumbuhijamur. Oleh karena itu, telur yang menjadi putih harus segera dibuang.

Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon


Pemijahan secara alami

Setelah disuntik hormon, induk-induk betina dilepaskan ke dalam kolam pemijahan yang telah disiapkan sebelumnya. Selang satu jam setelah penyuntikan induk betina, induk jantan barulah disuntik dengan hormon yang telah disiapkan (cara penyiapan sama seperti untuk penyuntikan induk betina). Selang waktu itu diberikan karena reaksi terhadap hormon pada induk jantan lebih cepat daripada induk betina. Dengan demikian, induk betina dan induk jantan akan memijah bersamaan. Kolam pemijahan untuk sepasang induk sebaiknya berukuran minimum 6 m2 atau 2 x 3 m. 

Kolam dapat berupa kolam tanah atau kolam semen dengan kedalaman air tak kurang dari 75 cm. Bila kolam pemijahan terlalu sempit, induk betina dapat menderita luka-luka karena perilaku pejantan yang terlalu kuat/ganas. Setelah mendapatsuntikan hormon, indukjantan dimasukkan ke dalam kolam pemijahan bercampur dengan induk betina yang telah disuntik lebih
dahulu dan sudah berada di kolam tersebut. Menurut pengalaman para petani, induk lele biasanya disuntik pada pukul 15.00. Pada malam hari sekitar pukul 1 9.00, induk lele sudah mulai berkejaran tanda hendak memijah (kawin). Sekitar pukul 24.00, bila dilihat dengan lampu senter, induk sudah tenang kembali pertanda pemUahan sudah selesai. Saat itu telur-telur ikan terlihat banyak sekali melekat pada kakaban.

Keesokan harinya, antara pukul 08.00-09.00, tampak telur-telur melekat berserakan pada kakaban. Telur yang dibuahi berbentuk bulat dan jernih berwarna abu-abu sedikit kekuningan. Bila telur tidak terbuahi, akan
ben',rarna putih dan akan ditumbu hi jamur atau dima kan bakteri. Terur yang mati tersebut sedapat mungkin ibuang agar tidak menulari telur yang baik. Kakaban yang telah dilekati telur dipindahkan ke dalam kolam/bak penetasan yang telah dibersihkan dan diisi air sedalam 20-30 cm. Kolam penetasan diberi atap dari plastik yang tembus cahaya agar tidak terkena hujan maupun panas matahari langsung. 

Kolam penetasan juga berlanjut menjadi kolam pendederan sampai burayak berumur 12-'15 hari. Setelah 35-40 jam, telur lele akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban dikeluarkan dari dalam kolam penetasan untuk dicuci, raru dijemur agar dapat digunakan lagi. Anak lele yang baru menetas (burayak) masih membawa kantung kuning telur dan gerak renangnya masih lambat. Kadang kala katak juga bertelur di dalam kolam penetasan tersebut sehingga telur-telur katak harus segera dibuang secapat mungkin sebelum menetas agar berudunya tidak mengganggu burayak lele. Supaya katak yang dapat memangsa burayak lele tersebut tidak dapat masuk ke dalam kolam penetasan maka kolam/bak harus diberi penutup dari kawat anyaman kandang ayam. 

Pada hari ke-2 setelah menetas, burayak lele mulai makan sehingga harus diberi pakan berupa kutu air yang kecil (Rotifera, Daphnia, dsb). Hari ke-4 mulai diberi cacing sutera. Sebagai tambahan, dapat juga diberi
tepung ikan yang disaring lembut. Pemberiannya sedikit saja dengan cara dipercikkan di beberapa tempat. Pemberian tepung ikan jangan berlebihan karena sisa yang tidak termakan dapat membusuk. Burayak hasil penetasan telur dipelihara lebih lanjut, tetap di dalam kolam penetasan, hingga berumur 12-15 hari. Sampai umur 2 minggu, air tidak perlu diganti, cukup ditambah sedikit saja bila banyak penguapan. Pada umur itu, burayak sudah siap untuk dijual atau dipelihara di dalam kolam pembenihan yang lebih besar.

Penyuntikan Hormon Buatan


Hormon sintetis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko suplai obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk seekor induk lele yang beratnya 1 kg. lnduk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon Ovaprim 0,15-0,25 ml saja. Penyuntikan menggunakan hormon Ovaprim lebih praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal disuntikkan saja. Hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan dalam tempat teduh (suhu kamar), tidak perlu di dalam lemari es. Dalam ruang teduh ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan. Menurut pengalaman, reaksi hormon Ovaprim cukup efektif seperti halnya hormon alamidari kelenjar hipofisa. Urutan pekerjaan pemijahan lele dumbo dengan hormon buatan adalah sebagai berikut.

Siapkan kolam pemijahan

  • Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.
  • Cuci dan jemur kakaban dengan jumrah cukup menutupi 75o/o dasar kolam.
  • Pada siang hari, pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakkan kakabar itu 5-10 cm di atas dasar kolam. Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya. Di atasn ya juga ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.
  • Menjelang dilakukan penyuntikan, koram tersebut diisi air sampai kakaban tdrendam air 5 cm.

Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah.

  • Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.
  • Pilih induk betina yang matang terur, perutnya besar dan runak, tetapi kalau diurut tidak dapat keluar telurnya.
  • Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari arat keraminnya (perut tetap rangsing) karau diurut juga tidak dapat mengeluarkan air mani. oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.
  • Pisahkan induk jantan dan betina di daram wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu saat disuntik.

Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikkan

Gunakan injeksi spuit yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.

Timbang induk betina dan tentukan dosis Ovaprim

  • lnduk yang beratnya sekitar 1 kg, dosis hormon Ovaprim 0,3-0,5 cc. Bila beratnya 0,5 kg maka dosis yang diperlukan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc (sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).
  • Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml. Setelah itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aquadest atau larutan garam flsiologis 0,7o/o sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.

Cara menyuntik

  • Seorang pembantu memegang iken lele yang hendak disuntik (ikan betina lebih dahulu) dengan satu tangan, menggunakan handuk untuk menutup dan memegang kepala ikan dan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakkan ikan tersebut (sambil terus dipegang) di atas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas handuk/lap bersih.
  • Seorang lainnya menyuntikkan hormon yang sudah disiapkan ke dalam daging lele di bagian punggung, sebanyak setengah dosis di sebelah kiri sirip punggung dan setengah dosis lagi di sebelah kanan.
  • Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut, lalu bekat suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.
  • Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Siapkan kolam penetasan telur

  • Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2. Beberapa hari sebelumnya, kolam ini sudah dikeringkan/ dijemur dan dibersihkan dari segala hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum digunakan.
  • Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik ukuran lebar 2-3 m dan panjang 8-10 m. Kolam tersebut cukup untuk 4 buah kakaban. Selama 2 hari sebelum dlgunakan, kolam telah dibersihkan, lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air langsung dari sungai kurang baik untuk penetasan telut karena menularkan jamur dan bakteri yang menyerang telur.
Pengalaman dari seorang peternak lele, air untuk pembenihan disediakan dari sumur bor yang disimpan di dalam tandon besar (3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar (tanpa iodium) sebanyak 100 gram setiap 1 m3 air, lalu diaduk dan diendapkan. Air tandon tersebut siap pakai untuk penetasan telur dan pendederan benih.Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetasan dan pemeliharaan benih lancar serta tak
pernah menderita kematian karena jamur dan bakteri.

Penyuntikan Hormon Alamiah ( hipofisasi ) pada Ikan Lele


Hormon ini diambilkan dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak kecil ikan. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar butir kacang hijau, bahkan lebih kecil. Untuk penyuntikan lele dumbo, diperlukan kelenjar hipofisa yang diambil dari donor, sedangkan penerimanya disebut resipien. Sebagai donor dapat dipilihkan dari lele dumbo, ikan mas (tombro, karper, Cyprinus carpio), atau lele lokal (Clarias batrachus). Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak cocok untuk lele dumbo. Karena hormon untuk keperluan penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka tindakan penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut juga hipofisasi.

Dosis Hipofisa

Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan kepada induk lele dumbo adalah 3 dosis. Artinya, seekor lele dumbo yang beratnya 0,5 kg, misalnya, memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari donor (lele durnbo, ikan mas, atau lele lokal) yang berat badannya 3 x 0,5 kg. lkan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri atas 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapatjuga dipakai seekor donoryang beratnya 1,5 kg. Sebaga i donor sebaiknya dipilihka n ikan yang sudah dewasa. Efektivitas jantan maupun betina sama saja. Apabila dipilihkan ikan belum dewasa atau ikan yang tidak sedang mengandung telur maka kadar hormon di dalam hipofisanya sedikit.

Pengambilan hipofisa dan pembuatan ekstrak

Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut.
  1. Siapkan ikan mas yang akan dijadikan donor.
  2. Pegang bagian kepalanya Bila licin, badannya dapat dibungkus dengan kain lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian badan diletakkan di atas talenan. Kepala ikan diPotong di bagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.
  3. Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya terbuka dan otaknya kelihatan.
  4. Singkap otaknya otak meng-gunakan pinset. Tepat di bagian bawah otak akan terlihat kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butir kacang hijau.
  5. Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakkan didalam wadah berupa sebuah cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquadest hingga darah yang melekat hilang. Cara membersihkannya dengan disemprot aquadest menggunakan pipet.
  6. Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukkan ke dalam tabung penggerus (dapat menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.
  7. Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquadest atau larutan garam fisiologis. Larutan garam fisiologis dapat menggunakan larutan NaCl 0,7-0,90lo (sodium klorida/natrium klorida) atau sering pula disebut "cairan infus" yang dapat diperoleh di apotek (dUual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang terkandung di dalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.
  8. Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap di dasar. cairan di bagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikkan pada ikan.

Penyuntikan Ekstrak Hipofisa

lnduk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. lnduk tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Hormon di dalam spuit disuntikkan di dekat sirip punggung ke dalam daging induk (intramuskuler). Setelah disunti( induk betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sejak pagi hari. Biarkan lele dalam keadaan tenang. Sebagai pedoman diberikan contoh, misalnya untuk induk lele seberat 0,5 kg diambilkan kelenjar hipofisa dari 1,5 kg ikan donor kemudian digerus (dihancurkan) lalu dilarutkan dalam 1 ml aquadest dan diendapkan selama 5 menit.

Pemijahan Lele Dumbo


Lele dumbo yang telah diintroduksikan didatangkan/diimpor) oleh pengusaha swasta pada tahun 1986 merupakan jenis bastar (hibrida) dari induk jantan Clarias goriepinus yang berasal dari Afrika dengan induk betina Clarias fuscus yang asli dari Taiwan. Jenis tersebut ternyata bukan dari hasil perkawinan secara alamiah, melainkan dilakukan secara buatan oleh manusia. Hal ini dapat dimengerti karena kedua spesies induknya berbeda dan berasal daritempat yang berlainan dengan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Lele dumbo dapat dipijahkan secara alami maupun dengan merangsangnya menggunakan hormon.

Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon

Di habitat aslinya, Clarias gariepinus maupun Clarias fuscus dapat memijah (kawin)diantara spesiesnya secara alamiah dengan mudah sesuai dengan nalurinya dan tanpa campur tangan manusia. Namun, di tempat
pemeliharaan yang baru, spesiestersebut belum tentu mau memijah (kawin) sendiri sehingga orang "memaksanya" dengan memberikan rangsangan berupa penyuntikan hormon yang diambil dari kelenjar hipofisa lele dumbo atau dapat juga diambilkan kelenjar hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio). Perkembangan mutakhir, untuk merangsang pemijahan itu sekarang dapat digunakan hormon buatan atau hormon sintetis yang banyak diproduksi di luar negeri. Beberapa jenis hormon sintetis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon Ovaprim relatif mudah diperoleh karena sudah dijual umum sepertiditoko perikanan di beberapa kota besar; HCG sebenarnya merupakan hormon untuk manusia sehingga hanya dapat diperoleh bila disertai resep dokter; LHRH tergolong agak sulit diperoleh. Berbagai macam jenis ikan lain yang dapat dirangsang pemijahannya dengan hormon buatan antara lain jambalsiam, patin, kerapu, kakap merah,
dan kakap putih. Persyaratan agar penyuntikan hormon dapat efektif maka induk lele harus sudah mengandung telur yang siap untuk memijah (matang telur). Apabila kondisi induk tidak matang gonad atau induk lele itu tidak dalam keadaan hamil tua, tentu injeksi hormon yang dilakukan tidak akan efektif (tidak berhasil). Bila telah dewasa, lele betina tentu akan membentuk telur di dalam indung telurnya, sedangkan lele jantan pasti akan membentuk sperma atau mani. Secara alamiah, bila telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu mencapai tingkat yang "matang" untuk siap dibuahi maka secara alamiah pula lele itu akan memijah atau kawin.


Perkembangan telur dan sperma berlangsung di dalam tubuh lele dengan mekanisme pengaturan oleh zat yang disebut hormon kelamin gonadotropin atau gonade stimulating hormon (GSH). Bila lele mencapai tingkat dewasa, hormon gonadotropin itu secara alamiah akan terbentuk di dalam kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Awalnya hormon gonadotropin yang terbentuk sedikit kemudian dialirkan melalui darah ke dalam indung telur. Akibatnya terbentuklah telur-telur yang semakin besar dan banyak jumlahnya didalam indung telur itu. Sampai suatu saat, telur-telur menjadi cukup "matang" untuk dibuahi oleh sperma (fertilisasi). Namun, kematangan telur yang terjadi di dalam indung telur itu belum tentu segera diikuti oleh kemauan induk untuk memijah/kawin. Untuk itulah, diperlukan rangsangan yang lebih kuat lagi yaitu dengan mengubah iklim dan sifat-sifat air yang dapat memberi rangsangan bagi lele untuk membentuk hormon gonadotropin lebih banyak lagi, barulah induk siap memijah.

Lele lokal biasanya secara alamiah dapat memijah bila ada perubahan iklim yang alami, sepefii datangnya peralihan musim kemarau ke musim hujan. Namun, jenis lele yang didatangkan dari negeri lain tidak dapatatau sulit sekali memijah di suatu negeri yang baru, walaupun telur-telur di dalam indung telurnya telah matang. Demikian pula dengan lele dumbo, tidak dapat memijah sendiri melainkan perlu dirangsang dengan suntikan hormon tersebut. Hormon yang digunakan untuk merangsang lele dumbo agar memijah adalah hormon alamiah (dari kelenjar hipofisa)dan hormon buatan.



Pola Pengusahaan Ikan Lele


Sebagaimana dipraktikkan oleh para petani, usaha produksi lele lokal maupun lele dumbo dipisahkan menjadi usaha pembenihan dan usaha pembesaran. Pola pengusahaan itu pada prinsipnya sama, tetapi dalam budi daya lele istilah pembenihan/pendederan dan pembesaran ditentukan oleh ukuran lele hasil panennya. Apabila ukuran lele hasil panen adalah ukuran konsumsi maka disebut sebagai tahap pembesaran. Namun, bila ukuran lele hasil panen adalah benih (akan dibesarkan lagi) maka disebut sebagai pembenihan/pendederan.

Oleh karena itu, ada istilah pembenihan I (hasilnya untuk didederkan lagi), pembenihan ll (hasilnya untuk didederkan lagi), dan pembenihan lll (merupakan pendederan terakhir karena pemeliharaan setelah tahap ini adalah pembesaran). Jadi, walaupun benih yang ditebarkan berukuran l-3 cm, tetapi bila pemeliharaan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai ukuran konsumsi (hasil panen berupa lele ukuran konsumsi) maka pemeliharaan itu disebut pembesaran.

1. Usaha pembenihan

Dalam usaha pembenihan, dikenal istilah pembenihan tahap I, pembenihan tahap ll, dan pembenihan tahap lll.
Usaha pembenihan tahap I dilakukan mulai dari pemeliharaan calon induk (lele yang sudah dewasa) kemudian dikawinkan.Telur yang dihasilkan ditetaskan di kolam ipukan (kolam pendederan) sampai benih berumur 12-15 haridengan ukuran panjang badan 2-3 cm. Benih sepertiinisudah dapat dijual. Dalam kegiatan pembenihan tahap ll, benih dari usaha pembenihan I (umur 12-15 hari, panjang 2-3 cm)dipelihara lagioleh produsen benih tersebut atau oleh petani lain. Benih tersebut dipelihara dalam kolam pemeliharaan benih selama 21-30 hari (3-4 minggu) sampai ukuran panjang badannya mencapai 5-6 cm. Benih ukuran ini dapat dijual atau dipelihara lebih lanjut.

Benih dari usaha pembenihan ll (umur 35-45 hari, panjang 5-6 cm) dipelihara lagi dalam usaha pembenihan tahap lll selama 30 hari hingga ukuran panjangnya mencapai 10-'15 cm dan berat 40-50 g per ekor. Benih besar ini disebut "gelondongan". Selanjutnya benih gelondongan itu dipelihara dalam kolam pembesaran dengan lama pemeliharaan 45-60 hari hingga ikan menjadi ukuran konsumsi yang beratnya 125-150 g per ekor. Semakin besar ukuran benih, semakin tahan terhadap penyakit sehingga jarang ada yang mati dalam pemeliharaan. Dengan demikian, tingkat mortalitasnya makin rendah.

2. Usaha pembesaran

Dalam usaha pembesaran, benih dari berbagai ukuran dipelihara hingga menjadi lele ukuran konsumsi. jangka waktu pembesaran tergantung dari ukuran benih waktu mulai dipelihara. Ada yang memulai dari ukuran ada pula yang memeliharanya mulai dari benih berukuran 3-5 cm, 6-8 cm, atau dari gelondongan ukuran 10-15 cm. Jangka waktu pemeliharaan berbeda-beda, tergantung pada ukuran/berat ikan konsumsi yang akan dipanen.

Lahan untuk Budi Daya

Lele dapat dibudidayakan di kolam pekarangan, di sawah, dan di kolam dengan sistem longyam. Ada beberapa sistem budidaya perairan yang juga berkembang di lndonesia, misalnya keramba jaring apung (kejapung, UA) yang berada di danau atau rawa dan keramba dasar yang dibuat dari bambu kemudian ditenggelamkan di dasar saluran/selokan. Namun, masyarakat kurang berminat memelihara lele dalam keramba karena sistem budi daya tersebut masing-masing mempunyai kelemahan. Sebagai contoh, keramba

dasar yang dipasang di dasar saluran, seperti di kota Cianjur dan sekitarnya, menyebabkan ikan/lele yang dipelihara di dalamnya berbau lumpur yang sulit dihilangkan. Pemeliharaan lele di KJA juga kurang disukai karena biaya produkinya relatif mahal, sedangkan harga jual lele relatif murah. Apalagi ditambah dengan pengaruh biaya pakan yang cukup tinggi.terkecil,


Kepekaan Terhadap Penyakit pada Ikan Lele


Derajat kematian lele dalam pemeliharaan amat kecil. Lele ukuran gelondongan kecil dan sedang kadang-kadang menunjukkan perilaku kanibal atau suka memakan lele yang lain apabila kekurangan pakan. Oleh karena itu, lele perlu diberi pakan tambahan secara teratur.

Berdasarkan pengalaman, ukuran benih terkecil lebih peka terhadap penyakit sehingga tingkat mortalitasnya dapat mencapai 300/o dalam satu bulan. Angka itu lebih baik dibandingkan dengan ikan-ikan jenis lain yang ukurannya sama kecilnya. 

Pada pembenihan tahap Il dan lll, derajat kematian normal tidak lebih dari'l0o/o dalam satu bulan. Bahkan, bila pakan selalu cukup, tingkat keberhasilan pemeliharaan dapat mendekati i0070, tidak ada yang mati atau hilang. Pada pembesaran dari gelondongan besar menjadi lele konsumsi, umumnya tidak ada kematian sama sekali untuk waktu pemeliharaan 2 bulan. Musuh-musuh dalam pemeliharaan lele yaitu hama-hama pemangsa, seperti lingsang atau berang-berang, ular, bangau, pecuk, kuntul, dan sebagainya.

Perkembangbiakan Ikan Lele


Lele lokal mulai dewasa umur 6-8 bulan dengan ukuran tubuh 100g, sedangkan lele dumbo pada umur tersebut bobotnya dapat mencapai 200-300 g. Pada kondisiitu,lele sudah mulaidapat bertelur. Semakin tua umurnya dan semakin besar ukuran tubuhnya maka jumlah telur yang dihasilkan juga semakin banyak. Untuk dijadikan induh sebaiknya dipilih lele yang sudah mencapai berat 0,5 kg atau lebih agar hasilnya banyak dan benih yang dihasilkan lebih kuat/sehat. Lele berkelamin terpisah, jadi ada istilah lele jantan dan lele betina. Perbedaan jantan dan betina dapat dilihat pada alat kelaminnya yang terletak di belakang lubang dubur.


Induk Jantan
- Alat kelamin tampak jelas, meruncing
- Perut tetap ramping, jika perut diurut (sambil ditekan pelan-pelan) akan keluar air mani (sperma)
- Tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibandingkan induk betina
- Jika warna dasar badannya hitam (gelap).

Induk Betina

- Tonjolan alat kelamin membulat dan kemerahan, lubangnya agak besar sebagai jalan keluarnya telur
- Tulang kepala agak cembung
- Gerakan lambat
- Warna badannya lebih cerah


lnduk-induk lele biasanya tidak memijah serentak. Oleh karena itu, calon-calon induk yang telah terpilih dikumpulkan beberapa pasang di dalam satu kolam sehingga masing-masing dapat memilih sendiri pasangannya yang cocok dan siap memijah. Pemijahan (perkawinan) lele secara alamiah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak dansering terjadi mulai awal musim hujan, sepanjang musim hujan sampai peralihan musim kemarau. Jika sudah memasuki masa berkembang bia( lelejantan dan betina akan berpasangan. Pasangan itu lalu mencaritempat, yakni lubang pada pematang atau tanggul yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang lele terdapat kira-kira 20-30 cm di bawah permukaan air. Lubang untuk sarang lele tersebut dapat disediakan dan dipasang ditepi kolam. Lele lokal akan perpasangan dengan jodohnya lalu mempersiapkan sarang dan melakukan perkawinan. Seekor induk lele lokal dapat menghasilkan 1.000-1.500 butir telur dalam sekali memijah. Telur yang telah dibuahi diletakkan di dalam rongga lubang sarangnya kemudian dalam tempo 24 )am akan menetas. 

Selama seminggu sampai l0 hari, burayak dijaga oleh induknya sampai cukup kuat mencari makan sendiri dan meninggalkan sarangnya. Biasanya lele memijah sore hari pada musim hujan. Namun, bila dipelihara di dalam kolam, lele dapat memijah sepanjang tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan kolam yang dapat dialiri air baru setiap saat. Adanya aliran air baru inilah yang merangsang lele yang sudah matang telur (hamil tua) untuk memijah. Tanpa aliran air pun, lele dapat memijah dalam kolam meskipun frekuensinya tidak sering. Lain halnya dengan lele dumbo, karena lele ini semula merupakan produk impor maka untuk dapat memijah harus disuntik dengan hormon yang dapat diambil dari hipofisa (bagian otak lele lain) atau hormon sintetis seperti Ovaprim.

Pakan Ikan Lele


Pakan alami lele adalah binatang-binatang renik yang hidup di lumpur dasar maupun di dalam air, antara lain cacing, jentik-jentik nyamuk, larva serangga, anak-anak siput, kutu air (zooplankton). Selain itu, lele juga dapat memakan kotoran atau bahan apa saja yang ada di air. Lele juga dapat bersifat buas bahkan kanibal, yaitu memakan sesama ikan yang ukurannya lebih kecilbahkan juga mau memakan anaknya sendirikalauterpaksa karena kekurangan pakan. Oleh karena itu, benih lele harus dipelihara terpisah dari lele yang ukurannya lebih besar.

Lele juga memakan berbagai bahan makanan berupa limbah per- tanian, limbah rumah tangga, maupun limbah industri bahan makanan, seperti sisa nasi, sisa lauk-pauk, limbah kotoran binatang ternak yang disembelih, ampas kelapa, atau ampas tahu. Di kampung, para petani memanfaatkan kotoran dari kandang terna( terutama kotoran ayam, sebagai pakan lele. Kotoran ternak itu lebih dahulu dibiarkan di tempat teduh agar di dalamnya ditumbuhi belatung atau ulat dari berbagai macam serangga lalu dionggokkan di beberapa tempat di dasar kolam lele sebagai pakan. Lele akan tumbuh pesat dengan diberi kotoran tersebut. Pakan buatan pabrik dalam bentuk pelet sebenarnya sangat digemari lele.

Namun, harga pelet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi mengingat harga jual lele relatif murah. Walaupun lele dapat memakan segala macam makanan,tetapi karena pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan daging) maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang mengandung protein hewani daripada bila diberi pakan dari bahan nabati. Benih lele yang baru mulai dapat makan sebaiknya diberi pakan alami berupa "kutu air'i yaitu zooplankton (Daphnia, Moina). Kutu air ini dapat diperoleh dari para menjual pakan ikan. Kutu air banyak ditangkap dengan saringan halus (plankton net) dari perairan rawa atau danau yang banyak terdapat di daerah pinggiran kota. Kutu air dijual dalam keadaan hidup, dikemas kantung plastik. 

Kutu air itu juga dapat diproduksi dengan cara membudidayakannya di dalam kolam, bak, atau wadah lainnya. Bibit kutu air dimasukkan ke dalam bak berisi air tawar yang sebelumnya diberi pupuk kotoran ayam atau pupuk kandang ternak yang lain. Kutu air itu dapat berkembang biak di situ. Cacing juga dapat diberikan sebagai pakan lele. Cacing yang diberikan kepada lele ukuran benih yaitu cacing rambut (cacing sutera atau tubifex) yang dapat diperoleh di selokan-selokan atau dijual di toko ikan hias. Sementara pada masa pembesaran (ukuran lebih dari 20 g), lele diberi cacing tanah atau cacing kebun dan makanan tambahan berbentuk serbuk atau pelet yang telah ditumbuk.

Habitat dan Perilaku Ikan Lele

Habitat Ikan Lele

Habitat atau lingkungan hidup lele adalah air tawar. Meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele ialah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele juga relatif tahan terhadap kondisiairyang menurut ukuran kehidupan ikan dinilaikurang baik. Sebagai contoh, lele dapat hidup subur di kolam penampungan air comberan maupun di sawah dengan air yang dangkalnya 5-10 cm saja, asalkan ada tempat-tempat untuk berlindung seperti kolong dari tumpukan batu-batu atau potongan pipa-pipa paralon.

Lele juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun pada kolam yang kadar oksigennya rendah karena lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasannya. Lele dapat dipelihara di berbagai jenis kolam dengan kualitas air yang tidak terlalu baik. Air comberan masih dapat dimanfaatkan untuk memelihara lele, asalkan tidak mengandung air sabun, deterjen, dan bahan- bahan berbahaya seperti sisa obat semprot serangga, karbol, atau kreolin. Apalagi limbah dari pabrik yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti limbah pabrik tekstil tentu tidak mungkin digunakan untuk memelihara ikan termasuk lele. Air comberan yang boleh digunakan untuk memelihara lele hanya yang mengandung bahan-bahan organik seperti air cucian beras atau buangan sisa makanan dari dapur.

Perilaku Ikan Lele

Pada dasarnya lele disebut binatang nokturnal artinya bersifat aktif pada malam hari atau suasana gelap. Oleh karena itu, di siang hari lele lebih suka bersembunyi atau berlindung di balik benda-benda atau bebatuan di

dasar perairan. Berkaitan dengan sifat dan tingkah lakunya, memancing lele pada malam hari lebih berhasil daripada di siang hari karena lele aktif mencari makan pada waktu malam atau sesudah matahari terbenam. Cara menangkap lele pada siang hariadalah dengan meletakkan tabung-tabung dari bambu atau bahan lainnya di dasar kolam atau sawah kemudian lele digiring agar berkumpul di dalam tabung tersebut. Setelah penuh lele, tabung-tabung tersebut diangkat dan lele dipindahkan ke dalam wadah yang telah disediakan.

Jenis Ikan Lele


Jenis Lele

Masyarakat biasa membedakan lele menjadi lele lokaldan lele dumbo. Kedua jenis lele ini mempunyai perbedaan yang mudah dikenali.

1. Lele lokal

Di lndonesia terdapat beberapa spesies lele, Spesies Clariasleiacanthus, Clarios nieuwhofi, dan Clarias teesmanii terdapat di perairan umum di Sumatera dan Kalimantan yang hidup secara liar. Sementara spesies yang biasa dibudidayakan ialah Clarias botrachusyang secara umum disebut "lele lokal". Dikenal tiga variasi warna tubuh pada lele lokal, yaitu hitam agak kelabu gelap (warna yang paling umum), bulai/putih, dan merah. Ada pula lele yang tubuhnya belang berwarna hitam-putih atau merah hitam. Lele seperti ini biasanya dipelihara sebagai ikan hias.
Di berbagai daerah, lele diberi nama sesuai bahasa daerah masing-masing: lele Uawa), ikan kalang (Sumatera Barat), pintet (Kalimantan), ikan keling/keli (Sulawesi Selatan/Makasar). Dalam bahasa lnggris, lele disebut cat fish. Nama ini digunakan sebagai nama dalam perdagangan secara internasional. Disebut demikian mungkin karena ikan ini berkumis seperti kucing. Sebenarnya nama car fish ini tidak hanya berlaku untuk lele saja, melainkan juga bagi ikan jenis lain yang juga berkumis, antara lain ikan baung dan ikan patin (ada beberapa genus atau marga, yaitu marga Pangasius, Macrones, Siluria, dan sebagainya).

Lele lokal mempunyai sifat-sifat berikut.

a) Apabila terkejut atau menderita stres, warna badannya gelap merata.
b) Gerakannya biasa, tidak terlalu agresif.
c) Patilnya beracun.
d) Dapat merusak pematang dengan membuat lubang.

2. Lele dumbo

Sejak tahun 1986 telah diimpor (diintroduksikan) jenis lele baru dari Taiwan. Lele ini kemudian dipopulerkan dengan sebutan "lele dumbo". Ketika didatangkan ke lndonesia, jenis ini dicatat sebagai king carfsh dengan nama ilmiah Clarias fuscusMenurut keterangan dari importirnya, lele dumbo merupakan hasil kawin silang antara betina lele Oarios fuscus yang asli Taiwan dengan pejantan Clarias mossambicus (dengan nama sinonim Clarias gariepinus) yang berasal dari Afrika dan pertumbuhannya tergolong cepat. Ternyata lele dumbo ini memang mempunyai sifat yang unggul, yaitu dapat tumbuh pesat dan mencapai ukuran besar dalam waktu lebih cepat dibandingkan lele lokal. Karena cepat tumbuh dan badannya gemuk itulah maka dinamai "lele jumbo" yang kemudian terkenal sebagai "lele dumbo". Pada umur B bulan, lele dumbo dapat mencapai bobot 200-300 gram.

Lele Dumbo mempunyai sifat-sifat berikut.


a) Apabila terkejut atau menderita stres, warna badan berubah menjadi bercak-bercak hitam/putih.
b) Gerakannya lebih agresif.
c) Patilnya tidak beracun.
d) Tidak merusak pematang.






Mengenal Ikan Lele


lkan lele merupakan salah satu ikan budi daya yang digemari oleh masyarakat di lndonesia. Hal ini terlihat dari data statistik produksi yang menyatakan bahwa ikan lele dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah meningkat sebanyak 3760/o, yaitu menjadi 109.241 ton pada tahun 2007. lkan lele menempati urutan ketiga produksitertinggisetelah ikan mas dan ikan nila. Kemente,rian Perikanan dan Kelautan telah memprogramkan ikan lele menjadi salah satu unggulan ikan budi daya. Bahkan, pemerintah akan terus memacu peningkatan seluruh ikan budi daya menjadi 3500/o pada tahun 2014. Salah satunya ikan lele yang diharapkan mencapai angka produksi lebih dari 300.000 ton/tahun.

Sebagai salah satu ikan budi daya, permintaan benih lele terus meningkat, begitu pula dengan harganya. Sebagai gambaran, untuk produksi ikan lele konsumsi sebanyak 1 ton, diperlukan benih tebar sebanyak 6.000-8.000 ekor (1 kg ikan konsumsi, rata-rata 7 ekor). Peluang usaha budidaya ikan leleterbuka luas. Hal iniantara lain karena pembudidayaannya dapat dilakukan di berbagai perairan yang sumber airnya terbatas, seperti di daerah perkotaan pada pekarangan rumah yang relatif sempit.

Kepopuleran lele tak diragukan lagi. Selain mudah ditemui di mana-mana karena sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat, harganya pun relatif murah dibandingkan jenis ikan lainnya. Tingkat
kepopuleran lele juga dapat ditunjukkan oleh banyaknya warung-warung makan dari skala kecil sampai restoran kelas menengah yang menghidangkan masakan lele dengan berbagai gaya. Di )awa, misalnya, lele dimasak sebagai pecel lele dan mangut lele; di restoran padang, lele biasanya disajikansebagai lele goreng, lele bumbu kalio, dan lele bakar.