Pakan Lele


Pemeliharaan lele di kolam semen atau kolam terpal/plastiktentu tidak memerlukan pemupukan karena tidak efektif. Oleh karena itu, lele yang dipelihara di kolam semen harus diberi pakan.

1. Pemberian pakan

Pakan leledapat berupa bahan sisa-sisa atau limbah pertanian, misalnya dedah bungkil kacang, sisa-sisa isi perut ikan atau ternak yang disembelih, dan sebagainya. Lele juga dapat diberi bekicot (keong racun), atau keong sawah yang dikumpulkan dari lahan di sekitarnya. Di daerah perkotaan, bahan-bahan pakan tersebut sulit diperoleh sehingga perlu digunakan pakan berupa pelet khusus untuk pakan ikan. Dosis pelet pada umumnya 3-5o/o berat badan seluruh lele yang dipelihara di kolam. Agar pertumbuhannya bai( seminggu sekali berat badan lele harus selalu dikontrol. Caranya, diambil sebanyak 10 ekor contoh lele dari sebidang kolam, lalu ditimbang. Berat totalnya dibagi dengan 10 sehingga diperoleh berat rata-rata per ekor. Jumlah seluruh ikan lele yang dipelihara (ditebarkan) di kolam tentu telah diketahui pada saat menebarkannya. Sebagai contoh, pada awalnya lele yang ditebarkan di satu kolam sebanyak 500 ekor dengan berat badan rata-rata 30 g/ekor. Dengan demikian, berat totalnya 500 x 30 g = 15.000 g atau 15 kg. 

Oleh karena itu, pelet yang harus diberikan adalah 50lo x 15.000 9 =750 g (7,5 ons) per hari. Pelet sebanyak itu ditimbang pada pagi hari kemudian disimpan di sebuah wadah atau kantung kemudian diberikan kepada ikan dengan cara ditebarkan di kolam lele dengan frekuensi 3 kali sehari. Pada pagi dan siang hari, nafsu makan lele biasanya agak kurang. Lele lebih bernafsu makan pada sore dan malam hari. Oleh karena itu, sebagian besar pakan sebaiknya diberikan pada sore dan malam hari. Seminggu kemudian, lele diambil contohnya lagi sebanyak 10 ekor, ditimbang seperticara tersebut untuk mengetahui beratnya sekarang. Berat total juga dapat diperhitungkan karena umumnya lele yang dipelihara di kolam semen tidak ada yang mati, kecuali kalau terkena penyakit. Kalaupun ada yang mati tentu pemilik mengetahuijumlahnya karena pengontrolan selalu dilakukan setiap saat. Dengan demikian, dosis pakan dapat diubah segera sesuai dengan berat lele yang masih terdapat di dalam kolam. Perlu diketahui bahwa lele cenderung rakus dan mau memakan pelet setiap kalidiberikan. Dalam sehari, lele dapat menghabiskan pelet lebih dari 57% berat badannya. Meskipun demikian, sebaiknya lele tidak diberi pakan berlebihan dari ketentuan sebab akan merugikan. Pertimbangannya, harga pelet mahal dan lele tidak mau lebih cepat tumbuhnya meskipun diberi pakan banyak. 

Ketentuan dosis pakan sudah didasarkan pada hasil penelitian para ahli, yaitu semakin kecil ukuran benih lele maka persentase pakan harus lebih banyak. Perkiraannya adalah demikian.


  1. Benih ukuran burayak yang baru menetas, dosis pakan per hari adalah 50% berat badannya.
  2. Benih berukuran 3-4 cm, dosis pakan per hari adalah 2Oo/o dan semakin berkurang menjadi '100% berat badannya.
  3. Benih berukuran 6-8 cm, berat badan 30 g/ekor, dosis pakan per hari adalah 5olo berat badannya.
  4. Benih berukuran berat 50 g per ekor atau lebih, dosis pakan per hari adalah 370 berat badannya.


Sangat disarankan, petani cermat dan rajin mengecek berat badan lele yang dipeliharanya seminggu sekali. Dengan demikian, penentuan dosis pakan dapat dilakukan secara tepat dan tidak merugikan atau boros. Pembesaran lele dari benih uku ran 30 g hingga ukuran konsumsi (berat 100 g atau lebih) dianggap paling cepat dibandingkan dengan pembesaran dari benih yang lebih kecil. Dalam waktu 2 bulan (60 hari), pembesaran lele dari ukuran 30 g per ekor dapat mencapai berat 100 g per ekor dengan kecepatan (laju) pertumbuhan 10-1 5olo berat badan per minggu. Banyaknya pakan yang dimakan yang selanjutnya berpengaruh pada pertambahan daging lele disebut angka konversi dari pakan tersebut. Berdasarkan pengalaman, pada pemeliharaan lele konsumsidi kolam semen yang diberi pakan berupa pelet dapat diihasilkan angka derajat konversi 2:1, artinya 2 kg pakan yang diberikan akan menampakkan pertambahan berat I kg daging lele. Angka konversi itu ditentukan oleh sifat lele dalam menyerap pakan secara efisien dan kualitas gizi pakan yang diberikan. Pakan dengan kadar protein 30%, konversinya makin baikdibandingkan dengan pakan yang mengandung kadar protein 23%. Pertumbuhan lele juga lebih cepat jika diberikan pakan berprotein 30% daripada diberikan pakan dengan kadar protein 20%. Sifat efisiensi penggunaan pakan tersebut berlainan untuk berbagai ukuran lele. Efisiensi pakan pada lele ukuran benih berbeda dengan efisiensi pakan pada lele ukuran konsumsi.

Pembuatan pakan

Alternatif pemecahan masalah pakan untuk pemeliharaan lele di kolam semen adalah dengan membuat sendiri pakan tersebut. Berikut diberikan resep pembuatan pakan.
a. Resep 1
Resep ini menghasilkan pakan dengan kadar protein 39o/o (menurut Ningrum da n Djajadire dja, 1 982).

Bahan

  • Tepung ikan 57%
  • Tepung terigu 10%
  • Tepung beras 13%
  • Tepung jagung 10%
  • Tepung darah 5%
  • Vitamin-mineralmix  2%
  • Minyak ikan  3%
  • Jumlah 100%

Cara membuat


  • Bahan dicampur dan diberi air secukupnya.
  • Campuran tersebut direbus/dipanaskan sambil diaduk hingga menjadi bubur yang sangat kental atau dapat dikepal bila telah dingin.
  • Bubur tersebut didinginkan lalu dicetak dengan penggilingan daging sehingga berbentuk seperti mi yang segera patah-patah menjadi pecahan kecil-kecil (pelet). Pelet basah tersebut diangin-anginkan sebentar supaya tidak lembek dan siap diberikan kepada lele di kolam. Kalau sinar matahari terik, pelet dapat dijemur sampai kering agar dapat disimpan agak lama.

Pakan dengan kadar protein 38olo tersebut cukup baik untuk pertumbuhan lele. Faktor konversipakan 1 :1,5 artinya 1,5 kg pakan meng- hasilkan 1 kg lele. Pelet yang agak basah tersebut tidak dapat disimpan lama karena akan berjamur. Oleh karena itu, pembuatan pelet sebaiknya seperlunya saja, cukup untuk 1-2 hari.

b. Resep 2

Apabila bahan-bahan dalam resep 1 sulit diperoleh maka alternatif resep (menurut pengalaman penulis) dan ternyata baik untuk pertumbuhan lele adalah sebagai berikut.

Bahan

  • Tepung ikan (kering) : 500 g
  • Ampas tahu (basah) : 500 g
  • Tepung tapioka : 100 g
  • Vitamin-mineral mix (kalau ada) : 10 g

Cara membuat

  • Tapioka dibuat bubur sangat encer dengan air 1 liter (dipanaskan).
  • Tepung ikan, ampas tahu, dan vitamin-mineral mix diaduk kemudian dituangi bubur encer tapioka yang sudah dingin. Campuran itu diremas-remas hingga terbentuk adonan kental seperti getuk atau adonan kue yang dapat dikepal-kepal.
  • Kepalan adonan digiling dengan penggiling daging untuk mencetaknya menjadi pelet (potongan-potongan mi).
  • Pelet ini masih lembap sehingga perlu diangin-anginkan dan dijemur.

Bila dapat kering dalam sehari, dapat disimpan beberapa hari. Bila tidak ada matahari yang terik mungkin tidak dapat kering sehingga mudah berjamur.
Pelet basah dapat langsung diberikan kepada ikan lele dengan dosis per hari 5-10o/o berat ikan yang dipelihara. Bila pelet kering, dosisnya 3-5% berat ikan per hari. Pelet yang dijual di pasaran sering kali kadar proteinnya rendah, tidak sesuai dengan mutu yang tercantum pada karungnya. Oleh karena itu, sering kali lele tidak tumbuh baik walaupun telah diberi pakan lebih dari7% berat lele. Apabila kadar protein pelet relatif rendah maka lele perlu diberi pakan tambahan berupa cacahan daging bekicot atau keong sawah/keong
mas agar tumbuh pesat dan cepat gemuk.

1 komentar:

  1. Info pakan lelenya sangat bermanfaat

    http://tinyurl.com/qf8ws7h

    ReplyDelete